Jumat, 18 Juli 2014

ARTIKEL JURNAL PTK



PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE 
TUTOR SEBAYA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 GRANTING
KABUPATEN KLATEN

THE 1st  IMPROVEMENT THE OUTCOMES OF MATHEMATICS LEARNING 
USING PEER TUTORS METHODS FOR FIFTH GRADE STUDENTS
IN SDN 1 GRANTING KLATEN

Oleh:Agung Santika, Universitas Negeri Yogyakarta, Agung.santika2012@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika menggunakan metode tutor sebaya siswa kelas V SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berkolaborasi dengan guru.Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten yang berjumlah 24 siswa.Keberhasilan tindakan ditandai dengan minimal 75% siswa telah mencapai KKM, yaitu ≥70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 1 Granting Kabupaten Klaten. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi setelah melaksanakan metode tutor sebaya yaitu, (1) siswa yang pandai membantu siswa yang kurang pandai untuk memahami suatu pelajaran.(2) Siswa yang kurang berpartisipasi dalam kelompok didekati oleh guru dan (3) diarahkan agar bertanya kepada tutor atau menanggapi pernyataan tutor sehingga seluruh siswa bisa memahami materinya. Hasil belajar matematika mengalami peningkatan dari siklus I kesiklus II yaitu 71,25 menjadi 76,87. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa waktu pretes 33,33% sedangkan pada siklus I kesiklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat 50,00% menjadi 83,33%.Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V sekolah dasar.
Kata kunci: Matematika, Tutor Sebaya, siswa Sekolah Dasar.
Abstract

Abstract

This study aims to improve theoutcomesof learningmath using peer tutoring for fifth grade students at SDN 1 Granting Klaten. The type of research is action research to make collaboration with teachers. The subjects in this study were teachers and the studentsin fifth grade at SDN 1 Granting Klaten with 24 students totals. The success of the action research is marked by if there are 75% of students who scored more than equal to 70 of KKM.
The results showed that the study of mathematics by applying peer tutoring learning can improve the outcomesof learning mathematics for fifth grade students at SDN 1 Granting Klaten. Improving the student learning outcomes occur after implementing peer tutoring methods, such as, (1) students who have a good understanding can help friends who are less able to understand the lesson well. (2) Students who have less participate in the group was approached by the teacher, and (3) is directed to ask the tutor orrespond the tutor’s questions so that all students can understand the material. The outcomesof learning mathematics are increased from the first cycle to the second cycle ( from 71.25 into 76.87). The percentage of completeness student learning outcomes when the pretest is 33.33% whereas in the first cycle to the second cycle, the completeness student learning outcomes areincreased 50.00% so the total is 83.33%.It can be concluded that the use of peer tutoring methods to improve the outcomes of learning math for the fifth grade students in elementary school.

Keywords: Mathematics, Peer Tutoring, Elementary School Students.


Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan.Banyak hal yang diperoleh dari pendidikan.Baik tentang ketrampilan, kepribadian, nilai bersikap, pengetahuan dan lain sebagainya. Dalam bidang pendidikan yang berperan penting khususnya proses pembelajaran oleh guru. Guru merupakan seorang yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2005:3).
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan maka bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari kebodohan, keterbelakangan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat menambah percaya diri untuk bersaing dengan negara-negara lain. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan serta bisa membangkitkan motivasi untuk menggali potensi dan mengembangkannya secara optimal untuk membangun secara utuh dan menyeluruh.
Pelaksanaan pendidikan, khususnya pendidikan formal terjadi di lingkungan sekolah.Pendidikan di sekolah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan.Hal ini hendaknya benar-benar diperhatikan oleh guru.Sehingga guru harus benar-benar melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin.Dalam pelaksanaan tugasnya, guru hendaknya merencanakan pembelajaran dengan baik.Hal ini dapat menciptakan pembelajaran yang bermutu dan menghasilkan peserta didi yang berkwalitas pula.
Dalam praktik pembelajaran yang baik di sekolah, guru harus memilih metode pembelajaran yang dianggap paling tepat. Metode yang dipilih disesuaikan dengan hakikat pembelajaran, karakteristik peserta didik, jenis materi pelajaran, situasi dan kondisi lingkungan dan tujuan yang akan dicapai (Arif Rohman, 2009:180).
Salah satu mata pelajaran yang diberikan dari jenjang pendidikan dasar adalah matematika.Mata pelajaran ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan pengukuran dan geometri (Kurikulum KTSP, 2006).Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di dalam kehidupan sehari-hari.Pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran ini barmanfaat untuk mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi, dugaan, mencoba-coba dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Kurikulum KTSP, 2006).
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh peserta didik. Apabila peserta didik dihadapkan pata suatu materi tertentu sedangkan di belum siap memahaminya, maka dia tidak saja akan gagal dalam belajar tetapi belajar menakuti, membenci dan menghindari pelajaran yang berkenaan dengan materi tersebut.
Berdasarkan wawancaran terhadap guru kelas V SDN Granting 1, pada mata pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang mendapatkan rata-rata nilai terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Tidak semua siswa bisa dengan mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.Ada sebagian siswa sudah memahami materi pelajaran dan sebagian lagi belum bisa memahaminya.Dengan adanya perbedaan kepemahaman siswa ini maka terjadi jarak antara yang sudah paham dengan yang belum paham.Sehingga membuat guru harus mengulangi dan menjelaskan materi tersebut sampai semua siswa memahaminya.Namun hal tersebut dapat memakan waktu lama dan menyebabkan siswa yang sudah paham merasa bosan karena harus mendengarkan dan mempelajari yang sudah mereka pahami.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas V SDN Granting 1, pada mata pelajaran matematika belum semua siswa busa mencapai criteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh guru yaitu 70. Hasil belajar siswa terlihat bahwa dari 24 siswa, baru 10 siswa yang bisa mencapai nilai KKM. Sedangkan 14 siswa lain kesulitan untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal.  .
Hal ini terjadi karena guru lebih sering melakukan pembelajaran secara konvensional yang bersifan monoton sehingga siswa cenderung bosan dengan cara guru mengajarkan berbagai materi pelajaran. Guru kurang melakukan fariasi pembelajaran dalam mengajarakan siswa-siswanya. Ada siswa yang mudah menerima pelajaran dan ada siswa yang sulit menerima pelajaran dengan hanya ceramah saja yang dilakukan oleh guru.
Saat peneliti melakukan pengamatan di kelas V SDN Granting 1 dalam proses belajar mengajar guru hanya melakukan metode ceramah dan kurang ada melibatkan siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara terhadap guru kelas V mengatakan bahwa penyampaian materi pelajaran lebih sering menggunakan metode caramah dan jarang menggunakan alat peraga atau metode-metode agar siswa lebih aktif. Guru merasa repot harus menggunakan metode-metode dalam mengajarkan siswa-siswanya. Pada saat mengajar guru sangat jarang menggunakan alat peraga walaupun terdapat banyak KIT matematika di sekolah tersebut.
Hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa kelas 5 SDN Granting 1 bahwa mereka mengatakan pelajaran yang paling sulit adalah matematika.Siswa sering mendengarkan penjelasan guru saja kemudian mengerjakan soal-soal.Mereka beranggapan matematika banyak rumus yang sulit dimengerti.
Agar proses pembelajaran dapat mengakomodasikan ilmu pengetahuan keseluruh siswa dengan baik, maka dapat diterapkan metode Tutor Sebaya.  Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Martinis, 2007: 73).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Tutor Sebaya Siswa Kelas V di SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika menggunakan metode tutor sebaya siswa kelas V di SD  Negeri 1 Granting kabupaten Klaten.

metode penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian tindakan ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif.Pada penelitian kolaborasi, guru bertindak sebagai subjek yang melakukan tindakan sedangkan peneliti sebagai pengamat (observer).

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SD Negeri 1 Granting kabupaten Klaten, yang beralamat di dukuh Bangun Rejo, Desa Granting, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

Subjek Penelitian
Sarwiji Suwandi (2013:23) mengatakan bahwa jika seorang peneliti melakukan PTK di kelas yang  tidak diampunya dan peneliti tersebut melibatkan guru kelas sebagai kolaborator, maka subjek penelitiannya meliputi siswa dan guru (guru kelas atau guru mata pelajaran). Dengan demikian maka subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten
Prosedur
Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Taggart (Zainal Aqib, 2006: 22). Penelitian ini dilaksanakan bersiklus dengan setiap siklusnya terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Observasi
Pada penelitian ini, observasi digunakan untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap segala aktivitas guru dan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya melalui lembar pengamatan yang disiapkan.
2.    Tes
Menurut Wina Sanjaya (2011:99) tesinstrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Jadi pada dasarnya tes merupakan metode pengumpulan data yang  dilakukan untuk mengetahui nilai belajar siswa. Bentuk tes pada penelitian ini adalah soal pilihan ganda.
3.    Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan peneliti dengan mengambil foto siswa dan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Teknik Analisis Data
Data yang sudah diperoleh akan dianalisis secara statistik kuantitatif dan kualitatif deskriptif sesuai dengan hasil yang sudah diperoleh. Data-data yang diambil berupa aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru pada setiap pertemuan serta nilai hasil tes prestasi.
Untuk mengukur hasil belajar siswa maka pada akhir siklus dihitung nilai siswa dan dicari reratanya. Apabila rerata nilai siswa mengalami kenaikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
Sutrisno Hadi (2004:40) mengemukakan nilai rata-rata tes siswa dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.
Mx =
Keterangan :
Mx = Mean (rata-rata)
 = Jumlah nilai siswa
= Jumlah siswa.
Menurut data di atas, apabila 75% siswa mendapatkan nilai ≥70 dapat disimpulkan bahwa kriteria keberhasilan tercapai.Namun, apabila <75% siswa belum mendapatkan nilai ≥70 maka dibutuhkan siklus selanjutnya sehingga kriteria keberhasilan penelitian dapat tercapai.

hasil penelitian dan pembahasan
Penelitian ini dimulai dengan kegiatan pra siklus dimana untuk mengetahui Nilai awal hasil belajar siswa.Pra siklus dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014.
Tabel 9. Nilai Pre-test Pra Tindakan
No Absen
Nama Siswa (Inisial)
Nilai
Tuntas
Tidak Tuntas
1
DS
60

2
GP
33

3
RSW
60

4
TWP
66

5
FRS
53

6
YN
60

7
SKD
66

8
ADAP
73

9
YP
80

10
HDM
66

11
AAKD
60

12
CK
73

13
GASW
80

14
ES
53

15
RPN
66

16
BSP
66

17
ADP
60

18
BDP
80

19
MIS
60

20
LRD
80

21
EA
73

22
MM
80

23
OKW
60

24
GQ
60

Jumlah
1568


Nilai Terendah
33


Nilai Tertinggi
80


Rata-rata
65,33


Tuntas
8


Presentasi ketuntasan
33,33%



Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pratindakan yaitu 65,33. Nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah 22. Pada tahap pra tindakan terdapat 8 siswa (33,33%) nilainya mencapai KKM, sedangkan 16 siswa (66,67%) nilainya masih berada di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa masih dibawah KKM dan yang mendapat nilai tuntas sesuai criteria ketuntasan minimal hanya 8 siswa. Padahal pembelajaran dikatakan tuntas dan dilanjutkan materi berikutnya jika 75% atau lebih dari jumlah siswa mendapatkan nilai ketuntasan minimal 70.  Dari hasil pembelajaran pra tindakan, disimpulkan bahwa pembelajaran matematika masih perlu ditingkatkan, oleh karena itu peneliti dan guru sepakat untuk segera melakukan tindakan kelas.
 Selanjutnya, pada penelitian ini dilakukan melalui dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9Mei 2014 dan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 14 dan 16 Mei 2014. Pelaksanan siklus I dan II yaitu menggunakan  Standar Kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.Pada siklus I kompetensi dasarnya adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar sedangkan pada siklus II kompetensi dasarnya yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Nilai hasil belajar  siswa pada penelitian ini diperoleh dari soal evaluasi setiap akhir siklus. Berikut ini rangkuman perolehan Nilaihasil belajar  siswa:
Tabel 1.Rangkuman Perolehan NilaiHasil Belajar siswa
No
Nama
Nilai Hasil Belajar siswa
Ketuntasan
Pretest
Siklus 1
Siklus II
tuntas
Tidak
1
DS
60
66
66

2
GP
33
53
60

3
RSW
60
73
80

4
TWP
66
66
73

5
FRS
53
60
73

6
YN
60
60
73

7
SKD
66
66
80

8
ADAP
73
73
80

9
YP
80
80
93

10
HDM
66
73
73

11
AAKD
60
66
73

12
CK
73
86
80

13
GASW
80
86
86

14
ES
53
60
66

15
RPN
66
66
80

16
BSP
66
73
73

17
ADP
60
66
66

18
BDP
80
80
86

19
MIS
60
66
73

20
LRD
80
86
86

21
EA
73
80
80

22
MM
80
86
86

23
OKW
60
66
73

24
GQ
60
73
80

JUMLAH
1568
1710
1839


RATA-RATA
65,33
71,25
76,62


TUNTAS
8
12
20


PRESENTASE
33,33%
50%
83,33%



Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri 1 Granting kabupaten Klaten terjadi peningkatan pada setiap siklus setelah diterapkan metode pembelajaran tutor sebaya dan akhirnya lebih dari 70% jumlah siswa  mencapai KKM. Maka teori yang dikemukakan oleh Made Wena (2009: 3) terbukti bahwa pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Metode tutor sebaya dapat terlaksana dengan baik dan bisa menjapai tujuan yang diharapkan tergantung siswa yang menjadi tutornya. Tutor disini berperan sebagai pengganti guru dalam membantu temannya memahami pelajaran. Guru telah memilih siswa menjadi tutor dengan kriteria siswa tersebut menguasai materi yang diajarkan serta memiliki hubungan emosional yang baik dan bersahabat dengan siswa yang lain. Hal ini senada dengan pendapat Soekarwati (1995: 22) untuk menentukan siswa yang menjadi tutor perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan, mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut, memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi tutoring, siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih mempunyai kepercayaan diri.
Setelah melaksanakan langkah-langkah dari tutor sebaya terlihat terjadi peningkatan dari nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan teori dari Sukmadinata (2007) bahwa menggunakan metode tutor sebaya dapat membuat siswa yang kurang paham tentang materi pelajaran berani bercerita kepada temannya yang menjadi tutor sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.
Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dari pra tindakan dan siklus 1. Terjadinya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dikarenakan ada sedikit modifikasi dalam langkah-langkah pembelajaran yaitu, guru mengamati seluruh siswa dan mengarahkan siswa yang hanya diam saja tidak memperhatikan tutor untuk ikut bertanya materi yang belum diketahui atau ikut menanggapi pernyataan dari teman kelompoknya. Siswa yang mulanya dibagi kedalam 5 kelompok dirubah menjadi 6 kelompok agar anggota tutor lebih sedikit sehingga tutor lebih mudah mengarahkan anggotanya. Oleh karena itu, pada penelitian ini siswa yang mendapatkan nilai ≥70 mencapai kriteria keberhasilan yaitu ≥75%, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan di hentikan pada siklus II. 
KEsimpulan dan saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, makan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten. Hasil belajar siswa meningkat setelah melakukan langkah-langkan metode tutor sebaya yaitu siswa yang pandai membantu siwa yang kurang pandai untuk memahami suatu pelajaran. Pemberian bantuan tutor terhadap anggotanya dilakukan pada saat diskusi kelompok yang pembagian kelompoknya ditentukan oleh guru.
Terjadi peningkatan secara signifikan pada saat modifikasi langkah-langkah dalam proses pembelajaran yaitu, saat siswa melakukan diskusi dalam kelompoknya, guru memantau setiap kelompok mengamati partisipasi anggota dalam berdiskusi. Siswa yang kurang berpartisipasi dalam kelompok didekati oleh guru dan diarahkan agar bertanya kepada tutor atau menanggapi pernyataan tutor sehingga seluruh siswa bisa memahami materi pelajaran.
 Hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada akhirnya, jumlah siswa yang mencapai nilai ≥70 semakin banyak dan mencapai kriteria keberhasilan yaitu 75%. Peningkatan presentase pencapaian KKM siswa pada siklus I sebesar 50,00% meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 71,25, dan pada siklus II meningkat menjadi 76,62. Oleh karena itu, pada penelitian ini siswa yang mendapatkan nilai ≥70 mencapai kriteria keberhasilan yaitu ≥75%, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan di hentikan pada siklus II.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, makan dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1.   Kepada Guru
Guru matematika Sekolah Dasar disarankan untuk menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan keaktifan siswa sehingga hasil belajar siswa bisa meningkat. Salah satunya bisa menggunakan metode tutor sebaya. Karena dengan metode ini siswa yang kurang berani bertanya kepada guru dapat bertanya kepada temannya tanpa ada rasa takut atau malu.Guru juga hendaknya memantau setiap kelompok dan mengarahkan siswa agar bertanya atau menanggapi anggota kelompoknya.Sehingga siswa menjadi lebih paham pada suatu materi.
2.    Bagi Peneliti Lebih Lanjut
Peneliti hendaknya terus mengembangkan penelitian tindakan kelas sebagai model penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Variasi media dan kreativitas untuk menerapkan metode tutor sebaya pada pokok bahasan berbeda maupun tingkat satuan pendidikan yang lain dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian bidang si peneliti.
daftar pustaka
Aqib, Zainal.(2006).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya.
Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidika & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama Yogyakarta
Hadi Sutrisna. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Rosda Karya
Made Wana. (2009). Strategi pembelajaran inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Martinis, Yamin. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta.
Sarwiji Suwandi. (2013). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Diakses dari http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id pada tanggal 11 April 2014, jam 09.50.
Soekartawi. (1995). Meningkatkan Efektifitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007).”Metode Penelitian Pendidikan” Bandung cetakan ketiga. PT. Remaja Rosdakarya Offset
Wina Sanjaya. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

1 komentar: